Header Ads

Isi Dompet Petani

Senin, 6 Juli 2015

Kaponan, satu bidang sawah seluas 1500m2 menghasilkan padi 750 kg. Ukuran tersebut diambil dari luas tanah yang rata-rata dimiliki petani di sini, dan hasil rata-rata padi yang diperoleh tahun ini. Mari kita hitung pendapatan petani tersebut.

Jika setelah panen langsung dijual maka harga padi adalah Rp 4.100 per kilogram sehingga pendapatan kotor petani adalah= 750kg x Rp 4.100 = Rp 3.075.000

Sedangkan biaya yang dikeluarkan sebagai berikut:
Pengolahan lahan meliputi traktor, tamping, mopok, pembibitan adalah Rp 350.000

Proses tanam meliputi tenaga untuk ndaut, tandur dan matun adalah Rp 450.000

Pupuk yg diperlukan 2sak kimia 4sak organik adalah Rp 300.000

Penyemprotan insektisida Rp 200.000

Pengairan Rp 600.000

Biaya panen Rp 400.000

Sehingga total biaya yang dikeluarkan petani selama umur padi 3bulan adalah Rp 2.300.000

Maka, pendapatan - pengeluaran = Rp 3.075.000 - Rp 2.300.000 = Rp 775.000

Jika padi dijual kering (karena pengeringan biasa dilakukan sendiri,biaya tidak saya hitung) dengan harga saat ini Rp 4.700 per kilo gram maka 750kg x Rp 4.700 = Rp 3.525.000 dikurang pengeluaran biaya tanam Rp 2.300.000 maka keuntungan bersih petani adalah Rp 1.225.000

Rp 1.225.000 selama 3bulan, artinya penghasilan petani adalah Rp. 408.000/bulan. Penghasilan macam apa ini? Jauh dibawan UMR bukan?

Kemudian pertanyaannya, salah siapakah ini? Salah petani itu sendiri kah? ataukah salah pedagang yg pandai bermain harga? Ataukah salah pemerintah pembuat kebijakan?

Teringat pesan Mbah kita dulu, "Wong tani iku ora tau ngitung bathi, tapi mung nyambung nyowo ndawakne pangan."





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.